#45 Cerpen: Instan

Aku menikmati goyangan mantap roda bus malam. Kendaraan roda enam ini melenggang mengikuti dendang pantura yang sayup menyelip di antara celah headphone. Aku memejam sembari menjejali gumpalan di kepalaku dengan lagu 'No woman no cry'. Dengan hikmat, kusandarkan punggung sambil bersedekap memeluk tas di antara himpitan dua lengan gempal.

***

Matahari telah bersinar hangat di Terminal Kertajaya kala kaki menginjak tanah majapahit ini. Segera kunaiki angkutan kuning yang akan mengantarku pulang. Sampai di rumah lekas kucium tangan dan kupeluk tubuhnya. Melepas rindu. Naas, belum sempat kurasakan kelembutan bantal, kalimat tajam itu sudah meluncur lebih dahulu.

"Kapan nikah?" Wanita berkerudung hijau menatap penuh harap. Menahan langkahku menuju peraduan. "Ibu cuma ingin ada yang ngurusin kamu, Wisnu. Kamu itu sudah 38 tahun."

Wanita senja kesayanganku selalu begini setiap aku pulang kampung. Menyayatku dengan sadis. Segera kurebahkan tubuh yang remuk tanpa menjawabnya. Beliau pun duduk di tepi ranjang, menemani tubuh lelah anak bungsunya.

"Wisnu sudah kurus, Bu! Nggak ada yang perlu ngurusin," celetukku menimpali. Sebuah cubitan pun langsung mendarat cepat di lengan kiri. "Aduh!"

"Ibunya si Farah, mantanmu, sudah punya tiga cucu. Kapan giliran Ibu?"

"Ibu kan sudah punya empat cucu, anaknya Neng Imah." Lagi-lagi cubitan maut mendarat. Meninggalkan rasa nyelekit.

"Mereka sudah besar semua. Ibu mau yang kecil-kecil, yang lucu. Kamu sudah ada calon belum? Kalo ada, cepat kenalkan ke Ibu. Lewat pidio kol boleh, biar bisa Ibu ajak bicara langsung." Binar netranya seolah membutakanku.

"Iya, iya. Sabar, Bu. Wisnu sedang usaha kog," jawabku sekenanya. Aku tidak kuat lagi menahan berat kelopak mata akibat perjalanan dari Bogor.

"Sungguh? Alhamdulillah, Ibu akhirnya bisa punya cucu lagi. Eh! Kalo bisa ... jangan jauh-jauh ya rumah camermu. Biar Ibu bisa sering sambang." Ibu diam sejenak sambil tersenyum puas. "Oh ya, usahamu ... sudah sampai mana?"

"Sampai tahap menunggu, Bu."

"Nunggu apa?"

"Nunggu keputusan Allah menjadikan Farah janda, biar bisa kunikahi dan ngasih Ibu cucu instan."

--Tamat--

#NAD_Kapan_Nikah
#tugas10paragraf
#Tantangan7_OdopBatch7 #nioz19

Comments

  1. Eiiit, kq embel² NAD dibawa kesini, hapus dl gih, ntar berantem lo NAD dan ODOPπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, g boleh ya? Kan tugas 1 untuk semua😁,... Kak Betty jg banyak tagnya

      Delete
  2. Replies
    1. Alhamdulillah 😊
      Terima kasih Kak LasmiπŸ™

      Delete
  3. Kutunggu jandamu

    auto nyanyi πŸ˜‚

    ReplyDelete
  4. Aku ketawa sendiri baca cerpen instan, pinter banget bikin ide cerita...

    ReplyDelete
  5. Dari Bogor? Keknya masih temen nihπŸ˜‚

    ReplyDelete
  6. Yaa ampuun, keren banget ini cerpen.. hihi..

    Simple tapi berbobot.
    Salam kenal dari grup Valetta, kak πŸ™

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah 😊
      Terima kasih sudah berkunjungπŸ˜πŸ™

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk