#46 Cerpen Hasil Eksperimen

Mereka menyeretku paksa. Merebut anakku yang bahkan belum membuka mata dari lindungan suamiku. Aku meronta. Menjerit. Mencoba mepaskan diri. Nihil. Mereka terlalu berkuasa untuk kulawan. Aku dikurung dalam sebuah ruangan gelap. Lalu terdengar bunyi menderu yang panjang dari luar sana.

Setelah bunyi itu menghilang, ruangan tempatku berguncang-guncang. Di mana ini? Aku mendengar suara-suara yang familiar, tetapi tidak kukenal. Ah! Kakiku sakit.

"Pindahkan dia."


Cahaya menyilaukan membias ketika penutup di buka. Dua tangan besar menyentuhku dan memindahkanku ke tempat lain. Apasih mau mereka?!

"Biarkan dia istirahat, besok kita periksa keadaannya."

Beberapa kali aku dibuat tidak sadarkan diri. Entah apa yang mereka lakukan pada tubuhku.

"Lihat gambar ini! Ini patah tulang yang parah."

"Sepertinya ini sudah lama. Kasihan sekali, dia pasti kesakitan selama ini."

"Tadi waktu kupegang, perutnya agak keras."


"Ya, coba lihat di perutnya."


"Dia hamil? Hah! Apa kita bisa menyelamatkannya?"

"Kita harus berusaha. Setiap nyawa sangatlah berharga! Aku akan coba minta tolong pada dokter kenalanku."

"Ya, kita harus menyembuhkan kakinya dulu."

***


Sejak berada di sini, badanku terasa lebih bugar. Makanan juga selalu tersedia meskipun seperti ada benda keras di dalamnya. AW! Kakiku masih terasa sakit sejak tersandung batu waktu itu. Aku jadi sulit bergerak, dan saat tiba giliran mencari makanan tidak banyak ikan yang bisa kubawa pulang.

Anakku? Apa yang terjadi pada anakku? Apa dia baik-baik saja?

"Lihatlah kedua bayi ini! Lucu sekali! Mereka tampak akrab meski bukan saudara."

"Hahaha, kita yang menjadikan mereka saudara. Harus! Agar mereka tidak merasa sendirian dan kelak bisa bersosialisasi dengan baik."

"Oh ya, bagaimana hasil konsultasinya?"

"Jawaban mereka sama seperti dugaanku. Mustahil melakukan operasi. Prosentase keberhasilannya nol."

"Bagaimana jika kita gunakan kawat?"

"Percuma? Kawat akan bengkok dalam dua hari."

"Apa? Kita tidak bisa membuatnya kecewa setelah memberinya harapan hidup!"

"Aku tahu. Ini tidak adil, tapi ... Kita tidak bisa membiarkannya kesakitan lebih lama lagi. Itu penyiksaan."

"... Baiklah! Aku mengerti. Kapan kita melakukannya?"

"Besok pagi. Kita suntik mati pinguin itu."


--- Selesai ---


*** Tulisan ini terinspirasi kisah dalam Discovery Channel "Meet The Pinguins".

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk