#22 Sejarah Nganjuk "Kota Angin"


Pengunjung Galeri Nio 🌻


'Tak kenal maka tak sayang.'

Siapa yang tidak tahu ungkapan tersebut. Entah siapa dan sejak kapan ungkapan itu ada. Nyatanya, kesesuaian maknanya tidak lekang oleh perubahan zaman.


Mengawali "Seri Info Nganjukku" ada sebuah kalimat bijak yang tidak sengaja kudapatkan dari seorang pria yang kebetulan menjadi teman duduk seperjalanan di kereta api Bangunkarta jurusan Jombang Jakarta beberapa tahun silam. Sampai sekarang kalimat tersebut masih terngiang jelas.

Kala itu, setelah bercerita panjang kali lebar kali tinggi dan menjadi volume. Pria tersebut (seingat saya namanya Tobing) menutup kisah hidupnya dengan sebuah kalimat bijak. "Di manapun kita berada, sebenarnya sama saja. Tinggal bagaimana kita menyikapinya."

Kalimat tersebut melekat kuat dalam ingatan. Apalagi, saya sering berkelana. Tinggal dan menetap di daerah baru adalah suatu tantangan tersendiri. Apalagi menetap dalam waktu yang tak ditentukan, selama sisa hidup, misalnya. Selayak bertemu teman baru, yang dilakukan pertama adalah berkenalan. Mencari tahu asal usul, seluk beluk, dan lipat lekuknya.

Kini, raga fana ini telah tertambat di Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur, karena hati telah ditawan oleh pemudanya. Setelah membina rumah tangga penuh kasih dengan sang pemuda, maka giliran rantai paragraf akan disusun dan dirangkai hingga akhir agar bisa mengenal dan menyayangi tanah yang masih asing ini.

Tulisan ini didedikasikan sebagai sumber referensi tentang Kabupaten Nganjuk.

Baiklah, seri ini akan dimulai dengan membahas sejarah Nganjuk.

1. Sejarah Nganjuk


Prasasti Anjuk Ladang. Berwujud sebuah tugu batu andesit dengan ukuran tinggi 209 cm, lebar 102 cm, tebal 74 cm. Tersimpan apik di Museum Nasional. Dari prasasti inilah asal usul Nganjuk terungkap.

Ditemukan dalam keadaan utuh di reruntuhan Candi Lor yang berlokasi di Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Stamford Raffles dalam The History of Java (Sejarah Jawa) sebuah monumen besar, mengisahkan telah menemukan sebuah batu besar bertulis di distrik Anjog.

Prasasti Anjuk Ladang memakai huruf dan bahasa Jawa Kuna, dibuat atas perintah Sri Maharaja Mpu Sindok Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa pada bulan Caitra, tanggal 12 paroh petang, tahun 859 Saka atau tanggal 10 April 937 M. Isi prasasti tentang penetapan tanah dan sawah di Desa Anjuk Ladang menjadi tanah Sima Swatantra atau desa perdikan (bebas pajak). Tanggal yang tertera pada prasasti yaitu 10 April 937 M, dijadikan tanggal resmi kelahiran Kabupaten Nganjuk.

Dari bagian prasasti yang masih dapat terbaca dapat ditafsirkan bahwa alasan penetapan Sima karena penduduk Desa Anjuk Ladang telah berjasa kepada raja sewaktu terjadi suatu peperangan, mereka berhasil menghentikan pasukan yang merangsek dari Sumatera (berdasarkan angka tahun, kemungkinan pasukan tersebut berasal dari Kerajaan Sriwijaya). Hal ini diperkuat dengan disebutnya Jayastamba sebagai bangunan kemenangan dalam prasasti tersebut. Adapun penetapan Sima yaitu daerah Anjuk Ladang dibebaskan dari kewajiban membayar berbagai jenis pajak, untuk selanjutnya digunakan untuk pemeliharaan bangunan suci di Anjuk Ladang.

Anjuk Ladang tidak semestinya berhenti sebagai sebuah nama yang berarti tanah kemenangan. Anjuk Ladang terlebih-lebih adalah spirit yang menang. Di masa kini, dapat diinterpretasikan sebagai spirit yang menang atas diri sendiri, ialah spirit yang mampu menghentikan diri dari perbuatan cela.

Cela seperti apa?
Tertulis di Prasasti Anjuk Ladang (baris 24, sisi depan), '...memaki, menuduh yang tidak benar, meludahi orang lain, memukul, mengancam dengan senjata tajam, mengamuk, mengganggu wanita yang sudah bersuami/bertunangan, mengejar musuh yang telah lari dan membunuhnya, bunuh-membunuh, pukul memukul, semua perbuatan jahat.'

Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul: "Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)", penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila mencermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu: Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono. Berbek, Godean, dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta.

Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Godean, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouvernment (Pemerintah Belanda).
Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Di mana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati, yaitu mulainya kedudukan ibu kota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.

Dalam Staatsblad van Nederlansch IndiΓ« (Jurnal Resmi Hindia Belanda) No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch IndiΓ« (Hindia Belanda) tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibu kota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III tot hoofdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de volgende Wijken en kampongs: de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman (Terjemah: III Untuk Ngandjoek, departemen Berbek, distrik-distrik dan kampung-kampung berikut: Distrik Cina, kampung Mangoendikaran, Kampung Pajaman, kampung Kaoeman). Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibu kota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Berbek berpindah ke Nganjuk.

Demikianlah sejarah Kabupaten Nganjuk. Begitu panjang dan berliku-liku.

Nah, bagaimana dengan sejarah tempat tinggal Pengunjung Galeri Nio? Apakah Pengunjung sudah mengetahuinya? Mari kita berbagi di kolom komentar, agar saya juga bisa menambah wawasan nusantara.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Terima kasih😊

Sumber rujukan dan gambar: id.wikipedia.com, https://google.com, https://translate.google.com

Comments

  1. Wah ... begitu to asal usulnya ...
    Kabupaten Berbek itu berarti sudah hilang dari peradaban? ataukah Berbek itu cikal bakal dari Nganjuk?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan 'kabupaten Berbek' , KakπŸ˜…, tapi 'daerah' Berbek. Dari awal sudah menjadi bag. Ngajuk

      Delete
    2. sampai sekarang daerah Berbek itumasih ada di Nganjuk dong?

      Delete
    3. Masih Kak, Kecamatan Berbek. In syaa Allah besok 'kubeberkan' wilayah Nganjuk😁

      Delete
  2. Belum pernah ke Nganjuk dan Berbek. Baru tahu ada yg tau ada daerah Berbek. Tq

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, sama2, Kak
      Saya jg baru tahu waktu nulis iniπŸ˜…

      Delete
  3. Kabupaten tetangga. Salam kenal Mbak Nio. Seru sekali bisa tahu asal usul suatu wilayah seperti ini. Memperkaya wawasan nusantara kita. Terimakasih sudah berbagi Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal jg Mbak Arhana,😊
      Alhamdulillah, sama2 😁

      Delete
  4. Walah .. Aku baru tau sejarahnya lo mb, katrok buanget yo 😭. Tak pikir Anjuk ladang tu artinya "kaya ladang/sawah". :) Alhamdulillah tercerahkan meski "ngeh" saitik.

    ReplyDelete
  5. Aku wong Nganjuk, salam kenal bun, dari Koplingers juga 😁😁

    ReplyDelete
  6. Sebagai warga pendatang di nganjuk, info ini mjd pencerahan bagi sy, tq

    ReplyDelete
  7. Nganjukers datang, lengkap infonya.
    Dulu aku pernah menuliskan prosesi boyongannya, dari Berbek ke Nganjuk.

    Nganjuk Nyawiji

    ReplyDelete
  8. Haii Mbak Nioo maafkan baru mampir yaa..

    wah jadi belajar sejarah nih. kalau Berbek nggak asing di telinga pernah beberapa kali kirim orderan ke sana. yang ada ponpesnya bukan ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai πŸ™‹ jg, gpp Kak 😊

      4 hari ke depan pelajaran trus isi blogqπŸ˜…

      Delete
  9. Informatif banget, nih, apalagi utk aku yg asli jateng.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, ini jg info bagi 'penulis'πŸ˜…
      Aq asli Mojokerto😍

      Delete
  10. Jadi pengen explore Nganjuk, Bunio, ulas makanan jajanannya juga yah.

    ReplyDelete
  11. Baru tahu ini, terima kasih atas tulisannya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk