#39 Ziarah Wali Sambil Menikmati Pantai di Bali
Pengunjung Galeri Nio πΊ
Bali. Pulau dewata yang sudah terkenal keindahannya. Namun, di Bali bukan hanya sekadar keindahan pantai dan keelokan alamnya yang bisa kita nikmati. Sebagai umat Islam, kita juga disuguhi tujuh makam wali yang menyebarkan agama Islam di pulau ini.
Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat kesepatan bergabung dengan rombongan wisata desa tetangga untuk berziarah ke tujuh makam wali Bali. Paket wisata ini memang terbilang cukup baru. Dari ketujuh makam tersebut, saya akan menuliskan tentang salah satunya.
Pura Kramat Ratu Mas Sakti
Harmonisasi Hindu dan Islam tampak sangat kental di area pura yang terletak di Cemagi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Pura ini menghadap ke lepas pantai Seseh. Saya sampai di lokasi ini setelah kunjungan ke Tanah Lot.
Setelah turun dari bis di area parkir, kami diarahkan untuk menyewa kain untuk diikatkan ke pinggang. Cara ini sama seperti saat akan memasuki pura Hindu. Mengapa wajib memakai kain? Karena di masyarakat menganggap semua tempat suci harus dihormati. Apalagi makam yang akan kami kunjungi memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan warga sekitar.
Kain sudah terikat di pinggang. Kami menuju lokasi dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter. Melihat keasrian rumah penduduk membuat sejuk perasaan saat tubuh terpanggang panasnya tengah hari. Memasuki gerbang, kami disuguhi pemandangan laut biru cerah. Namun, kami harus langsung memasuki area makam untuk berdoa dahulu.
Ratu Mas Sakti bernama asli Raden Amangkuningrat. Beliau adalah Putra Raja Mengwi I yang beragama Hindu dan ibunya berasal dari Blambangan (Banyu Wangi Jatim) yang beragama Islam. Sewaktu kecil, beliau sudah berpisah dengan ayahandanya dan diasuh oleh ibundanya di Blambangan.
Setelah dewasa, Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya tentang ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati dirinya, ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, dengan niat akan mengabdikan diri.
Semula, sang ibu keberatan, namun akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali dengan diiringi oleh beberapa punggawa kerajaan sebagai pengawal dan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari ayahandanya dari Kerajaan Mengwi. Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman yang di sebabkan kecemburuan dari pihak keluarga kerajaan.
Akhirnya Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat dihindari lagi.
Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa.
Akhirnya diketahui kalau penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh.
Salah satu karomah yang diberikan Allah kepada Pangeran Mas Sepuh ialah kemampuan berjalan diatas permukaan air. Kesaktian yang luar biasa yang dimiliki Paneran Mas Sepuh ternyata memunculkan rasa kecemburuan diantara putra-putra Raja Mengwi.
Bahkan suatu ketika saat Pangeran Mas Sepuh diperintahkan untuk menuju Taman Ayun (tempat peristirahatan keluarga Raja) di Mengwi. Taman Ayun dikelilingi danau mengitari bangunan lengkap dengan taman indahnya. Tanpa diduga, saat Pangeran Mas Sepuh berjalan diatas air danau dan bersila diatas bunga teratai, terlihat oleh prajurit kerajaan. Tentu apa yang disaksikan prajurit kerajaan tersebut sungguh menggegerkan seluruh Istana.
Selain karomah tersebut, Pangeran Mas Sepuh juga dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Bahkan, tak sedikit ‘dukun’ yang mencari ilmu untuk belajar cara pengobatan. Namun, yang paling mencengangkan serta sempat disaksikan pasukan kerajaan Mengwi ialah saat Pangeran Mas Sepuh dalam perjalanan menuju Bali dari Kerajaan Blambangan (Jawa) terlihat hanya berjalan di atas air laut. Pangeran Mas Sepuh tampak tenang berjalan diantara deburan serta gulungan ombak.
Itulah kisah Ratu Mas Sakti. Beliau tidak hanya dihormati oleh warga Bali Islam, tetapi juga warga Bali Hindu. Setelah berdoa dan istighosah, kami turun sejenak ke pantai. Namun, kami harus berhati hati karena ombak yang cukup besar.
Makam beliau terletak di dalam sebuah pura yang indah. Sekilas, tampilannya sangat mirip pura Hindu (dilihat dari kaca mata orang Jawa, ya, hehe). Ada beberapa pohon Kamboja yang di tanam di dalam area makam. Area tersebut juga sangat bersih.
Demikianlah wisata religi saya di pantai Seseh, Bali. Terima kasih π
Setelah turun dari bis di area parkir, kami diarahkan untuk menyewa kain untuk diikatkan ke pinggang. Cara ini sama seperti saat akan memasuki pura Hindu. Mengapa wajib memakai kain? Karena di masyarakat menganggap semua tempat suci harus dihormati. Apalagi makam yang akan kami kunjungi memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan warga sekitar.
Kain sudah terikat di pinggang. Kami menuju lokasi dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter. Melihat keasrian rumah penduduk membuat sejuk perasaan saat tubuh terpanggang panasnya tengah hari. Memasuki gerbang, kami disuguhi pemandangan laut biru cerah. Namun, kami harus langsung memasuki area makam untuk berdoa dahulu.
Setelah dewasa, Pangeran Mas Sepuh menanyakan kepada ibunya tentang ayahandanya itu. Setelah Pangeran Mas Sepuh mengetahui jati dirinya, ia memohon izin pada ibunya untuk mencari ayah kandungnya, dengan niat akan mengabdikan diri.
Semula, sang ibu keberatan, namun akhirnya diizinkan juga Pangeran Mas Sepuh untuk berangkat ke Bali dengan diiringi oleh beberapa punggawa kerajaan sebagai pengawal dan dibekali sebilah keris pusaka yang berasal dari ayahandanya dari Kerajaan Mengwi. Namun, setelah bertemu dengan ayahnya, terjadilah kesalahpahaman yang di sebabkan kecemburuan dari pihak keluarga kerajaan.
Akhirnya Pangeran Mas Sepuh beranjak pulang ke Blambangan untuk memberitahu ibunya tentang peristiwa yang telah terjadi. Namun dalam perjalanan pulang, sesampainya di Pantai Seseh, Pangeran Mas Sepuh diserang sekelompok orang bersenjata yang tak dikenal, sehingga pertempuran tak dapat dihindari lagi.
Melihat korban berjatuhan yang tidak sedikit dari kedua belah pihak, keris pusaka milik Pangeran Mas Sepuh dicabut dan diacungkan ke atas, seketika itu ujung keris mengeluarkan sinar dan terjadilah keajaiban, kelompok bersenjata yang menyerang tersebut mendadak lumpuh, bersimpuh diam seribu bahasa.
Akhirnya diketahui kalau penyerang itu masih ada hubungan kekeluargaan, hal ini dilihat dari pakaian dan juga dari pandangan bathiniyah Pangeran Mas Sepuh. Akhirnya keris pusaka dimasukkan kembali dalam karangkanya, dan kelompok penyerang tersebut dapat bergerak dan kemudian memberi hormat kepada Pangeran Mas Sepuh.
Salah satu karomah yang diberikan Allah kepada Pangeran Mas Sepuh ialah kemampuan berjalan diatas permukaan air. Kesaktian yang luar biasa yang dimiliki Paneran Mas Sepuh ternyata memunculkan rasa kecemburuan diantara putra-putra Raja Mengwi.
Bahkan suatu ketika saat Pangeran Mas Sepuh diperintahkan untuk menuju Taman Ayun (tempat peristirahatan keluarga Raja) di Mengwi. Taman Ayun dikelilingi danau mengitari bangunan lengkap dengan taman indahnya. Tanpa diduga, saat Pangeran Mas Sepuh berjalan diatas air danau dan bersila diatas bunga teratai, terlihat oleh prajurit kerajaan. Tentu apa yang disaksikan prajurit kerajaan tersebut sungguh menggegerkan seluruh Istana.
Selain karomah tersebut, Pangeran Mas Sepuh juga dikenal mampu mengobati berbagai macam penyakit. Bahkan, tak sedikit ‘dukun’ yang mencari ilmu untuk belajar cara pengobatan. Namun, yang paling mencengangkan serta sempat disaksikan pasukan kerajaan Mengwi ialah saat Pangeran Mas Sepuh dalam perjalanan menuju Bali dari Kerajaan Blambangan (Jawa) terlihat hanya berjalan di atas air laut. Pangeran Mas Sepuh tampak tenang berjalan diantara deburan serta gulungan ombak.
Itulah kisah Ratu Mas Sakti. Beliau tidak hanya dihormati oleh warga Bali Islam, tetapi juga warga Bali Hindu. Setelah berdoa dan istighosah, kami turun sejenak ke pantai. Namun, kami harus berhati hati karena ombak yang cukup besar.
Makam beliau terletak di dalam sebuah pura yang indah. Sekilas, tampilannya sangat mirip pura Hindu (dilihat dari kaca mata orang Jawa, ya, hehe). Ada beberapa pohon Kamboja yang di tanam di dalam area makam. Area tersebut juga sangat bersih.
Demikianlah wisata religi saya di pantai Seseh, Bali. Terima kasih π
waah kereen, detail sekaliπ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ,
ReplyDeleteTerima kasih, Kak Riana
Baru dengar ada wali di Bali
ReplyDeletePaket wisata baruπ
DeleteSaya pernah ke makam itu 2016 yg lalu
ReplyDeleteSaya Desember 2018 π
DeleteSemoga aku bisa berziarah ke makam beliau
ReplyDeleteAamiiin,
Deletewah bagus nih jd bikin penadaran mau kesana hehe
ReplyDeletemain ke blog ku jg yaaa, jangan lupa difollow hehehe :)
Mari kumpulkan bala tentara π
DeleteSiap berkunjungπ
Kapan saya bisa ke Bali ya
ReplyDeleteSemoga diluangkan waktunya untuk bisa ziarah ke Baliπ
DeleteWaktu ke Bali gk sampe ke sana π
ReplyDeleteKenapa? πΆ
DeleteVery good detail. Duh ke bali sekarang mahal uy.
ReplyDeleteπ iya kah? Aq 2 kali dapat traktiran, alhamdulillah...
Delete