HARAPAN KOSONG


🎸  Songlit  🎸
**************
Adele - Million Years Ago
----------------------------------
HARAPAN KOSONG
Karya: Nio Zaharani
=====================
🎼  I only wanted to have fun
Learning to fly, learning to run
I let my heart decide the way
When I was young 🎡
🎸

Thomas, 19 tahun. Lahir di keluarga kaya dan terhormat, yang tinggal di pinggiran kota besar. Jiwa mudamu masih menggelora saat pertama kita bertemu. Tiga tahun yang lalu. Kau memilihku di antara berpuluh pilihan. Meski rasa sakit pernah kutorehkan di tubuhmu, namun rasa cintamu padaku tak berkurang sedikitpun.

Ringan langkahmu menyatu dalam angin. Senyummu begitu indah dan bebas. Tak kau indahkan caci maki mereka yang menyerangmu karena keberadaanku di sisimu. Mereka bilang aku tak layak untuk kau miliki.
***
"Kau masih ingin mempertahankannya?" Pria bertubuh tinggi besar menggeram kesal. Berkacak pinggang menahan emosi yang hampir meledak.


"Thomas, Ibu mohon, turuti ayahmu," rajuk wanita cantik bergaun biru tua berhias renda emas yang mewah. Kau hanya diam. Tertunduk. Mengatupkan bibir merahmu rapat-rapat. Kilau sedih dan tertekan terlihat jelas di kedua manik hijau.


"Ingat Thomas! Kau adalah pewaris  kerajaan bisnis keluarga kita. Berhentilah main-main!" Pria berkumis tebal dan berjas coklat mengarahkan telunjuknya pada seorang wanita muda bergaun krem yang berdiri di belakangmu.


"Lihat istrimu! Sejak menikah sampai sekarang kau bahkan belum sekalipun menatapnya!" Pria itu menghentak, menghampiri, dan menekan kedua pipimu dengan jemarinya yang panjang.


Wajahmu terangkat dengan kekuatan yang tak bisa kau lawan. "Aku tidak menginginkan pernikahan ini." Netramu menatap tajam langsung pada pria yang berdiri di hadapanmu.


"Kau ...." Pria itu melepaskan cengkramannya. Tanpa aba-aba, telapak tangan lebarnya mendarat keras di pipi kirimu.


PLAKK


Tamparan itu rupanya mematik amarah kepalan tangan yang selama ini kau redam. Bogem mentah mendarat di pelipis kanan pria itu. Entah setan apa yang merasukimu. Pergulatanmu dengan pria yang tak pernah kau panggil Ayah itu berlangsung panas. Wanita muda yang kau nikahi dua tahun lalu hanya bisa menjerit dan lari ketakutan. Ibumu berusaha melerai, tapi apalah pengaruh daya wanita dalam perkelahian sengit antarpria.


Wanita itu jatuh terjungkal karena terhempas tampikkan lengan suaminya. Menghantam meja. Menjatuhkan lilin yang menjadi pelita di malam itu.


Api menyebar dengan cepat di ruangan yang dipenuhi perabot kayu. Kau dan pria itu belum menyadari hawa panas di sekitar kalian. Luapan amarahmu mungkin lebih panas lagi.


Sebuah vas bunga dari kaca yang tergeletak di lantai menarik perhatianmu. Kau ambil. Dan kau hantamkan langsung ke pelipis kanan pria di bawahmu.


PRAKK


Cairan merah mengalir deras dari bekas luka, tapi masih ada napas yang tersisa. Kau angkat tinggi-tinggi vas pecah di tanganmu, dan menghujamkannya tepat di jantung pria tua itu. Tatapanmu seketika kosong.


Tangan kirimu bersimbah darah. Kau masih duduk dengan wajah tanpa ekspresi di atas perut mayat pria itu. Hingga kau sadari api telah melahap dua pertiga ruang tamu bergaya victoria klasik ini.


"Ibu?" Kau segera bangkit dan mencari ibumu. Saat kau temukan, dia hanya tinggal tubuh tak bernyawa di tengah kobaran api. Samar, warna merah kehitaman tampak tersebar luas di belakang kepalanya.


"IBU? IBUUU ...." Vas berlumur darah terlepas dari genggaman, kau berusaha mendekati wanita itu, tapi mustahil. Dia di kelilingi tembok api dan asapnya telah mencekik tenggorokanmu. Kau berjalan terbatuk-batuk sambil mencari celah untuk bisa meraih tangannya.


Namun, kau hanya manusia. Paru-parumu pasti tak mampu bertahan dalam lautan asap panas seperti ini. Tubuhmu lemas seketika dan ambruk terkulai di lantai kayu.
🎸
🎼  Deep down I must have always known
That is would be inevitable
To earn my stripes I'd have to pay
And bear my soul 🎡
🎸
Aku tidak sabar menunggumu membuka mata. Meski aku tahu kau takkan menyukai tempat kumuh ini, yang akan kau tinggali selama berpuluh tahun ke depan. Hanya ada ranjang besi beralas kain dengan sebuah bantal tipis yang mengganjal kepalamu, serta sebuah lubang tertutup yang bau. Tanpa cahaya mentari.


Sepertinya, hatimu masih terasa sakit. Kala malam tiba, tangisanmu membuatku tersayat. Bahkan selama empat dekade, rasa rindu dan penyesalanmu tak berkurang secuilpun.
🎸
🎼  I know I'm not the only one
Who regrets the things they've done
Sometimes I just feel it's only me
Who can spend the reflection that they see 🎢
🎸
🎼  I wish I could live a little more
Look up to the sky, not just the floor
I feel like my life is flashing by
And all I can do is watch and cry 🎢
🎸
🎼  I miss the air, I miss my friends
I miss my mother; I miss it when
Life was a party to be thrown
But that was a million years ago 🎢  🎡
🎸


🎸
🎼  When I walk around all of the streets
Where I grew up and found my feet
They can't look me in the eye
It's like they're scared of me 🎡
🎸
Masa hukumanmu telah usai. Kau sudah membayar kesalahan masa lalu. Udara bebas kini bisa kita hirup lagi.


Langkah kaki menuntunmu kembali pulang. Rumah tempat kau di besarkan masih ada, walau hanya tinggal puing-puing yang ditumbuhi tumbuhan liar. Hampir tak bisa dikenali lagi.


Saat kau berdiri terpaku menatap reruntuhan memori, beberapa orang menatap keheranan padamu. Tersadar. Kau pun memberikan seulas senyum dan sapa.


Bukannya membalas senyum, alis mereka malah mengernyit. Sudut bibir turun. Dan mereka mempercepat langkah kaki. Setengah berlari.


"Ah, aku lupa belum bercukur." Kau pegang-pengang rambut yang tumbuh liar di wajahmu. "Sebaiknya, kurapikan dulu penampilanku. Baru melanjutkan berjalan-jalan. Melihat seberapa berubahnya daerah ini."
🎸
🎼  I try to think of things to say
Like a joke or a memory
But they don't recognize me now
In the light of day 🎡
🎸
Mandi dan bercukur telah mengembalikan ketampananmu. Kemeja biru muda lengan panjang bermotif kotak-kotak kecil dipadu dengan celana kain hitam benar-benar pantas kau kenakan.


Berjalan menyusuri kota beralas sepatu kulit imitasi. Itu sepatu yang kau dapatkan sebagai hadiah dari sipir yang menjadi teman curhatmu selama di bui. Tidak mewah, tapi kau cukup senang memakainya.


"Hai! Selamat siang." Kau menyapa seorang pria. Kutaksir, ia seumuran denganmu. "Kau tidak berubah, ya! Masih gemuk seperti dulu."


"Selamat siang ...." Pria itu memindai sosokmu dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Maaf, siapa Anda?"


"Ah, ... Aku Thomas. Apa kau tidak mengenaliku, Philiph? Aku Thomas Paterson."


"Thomas?" Pria itu terdiam sejenak.


"Yah, aku memang agak berubah," katamu sambil menggaruk-garuk kepala. "Kau ingat tidak? Saat kita memancing di danau saat musim dingin. Kailmu disambar ikan, tapi karena kakimu terpeleset kau malah jadi berenang di air es." Kau bercerita sambil terkekeh.


"Ya, aku ingat kejadian itu."


"Aku yang menolongmu keluar dari danau es. Tanganmu sangat dingin saat kutarik."


"Oh, kau Thomas yang waktu itu ...." Suara pria itu lirih sekali, hingga kau harus memintanya mengulangi.


Namun, pria gemuk bertopi bundar itu alih-alih menegaskan ucapannya, malah berpamitan karena ada urusan penting yang sedang menanti.


Kau ditinggalkan sendiri di bawah teduhnya pohon mapple di musim semi. Kau memandangku sendu. Memanggilku. "Happy life." Harapan yang terpatri dalam tinta hitam yang kau tanamkan di sepanjang jari telunjuk kananmu.
🎸
🎼  I know I'm not the only one
Who regrets the things they've done
Sometimes I just feel it's only me
Who never became who they thought they'd be 🎢
🎸
Pandanganmu terhalang air mata yang memenuhi kelopak mata. Lalu terjatuh. Meninggalkan bekas di aspal yang kau pijak. Kau menangis lagi.


"Seharusnya aku tidak pernah mengizinkanmu menikah lagi, Ibu." Suaramu mulai serak. Dengan kepala yang masih tertunduk. Perlahan kau mundur dan berbalik. Menghadap batang kayu pohon mapple di tepi jalan.


"Seharusnya kita bisa hidup bahagia berdua saja. Aku bisa menjadi penulis sekaligus mengurus perkebunan keluarga saat itu. Seandainya kau tidak termakan rayuan pria gila itu, semua ini takkan menimpaku ...." Tangisanmu semakin menjadi.


"Sekarang apa yang tersisa untukku? Harta? Kehormatan? Bahkan tubuhku sendiri menolak berada di dunia lebih lama lagi, Ibu ...." Kau membiarkan semua meluap, bahkan lenganmu bergeming di samping. Aku pun tak berdaya, hanya bisa menyaksikan hidupmu yang seakan lewat begitu saja.
🎸
🎼  I wish I could live a little more
Look up to the sky, not just the floor
I feel like my life is flashing by
And all I can do is watch and cry 🎢
🎸
🎼  I miss the air, I miss my friends
I miss my mother; I miss it when
Life was a party to be thrown
But that was a million years ago 🎢  🎡
million years ago 🎢  🎡
million years ago  ...... 🎢  🎡

Comments

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk