#3 Luka Terindah



Hari menjelang siang. Sepasang kaki kecil berlari riang. Segera dilepasnya sepasang sepatu hitam berhias bunga palsu. Tas sekolah dilempar begitu saja ke atas ranjang bambu beralas tikar pandan di ruang tengah.



Kaos kaki berenda ditanggalkan dari kedua kaki mungilnya. Seragam putih, rok, dan rompi merah bermotif kotak-kotak dilepaskan, diganti kaos biru dan celana pendek berwarna hijau.


"Emaaak," seru gadis kecil seraya menghambur ke punggung sang nenek yang tengah duduk menjaga tungku perapian di dapur.


"Ya Alloh Gusti, ... Hati-hati, Nduk! Emak di depan api ini!" Perempuan yang baru melewati usia setengah abad itu sontak berbalik, dan memegang kedua lengan cucu manisnya. "Kalau masuk rumah itu harusnya ucap salam dulu. Sudah salam belum?"


Gadis kecil tersenyum lebar. "Belum, Mak. Assalamualaikum," ujarnya dengan polos.


"Wa'alaikumussalam," jawab nenek.


"Emak masak apa?" Gadis kecil melongok. Memerhatikan sebuah panci besar di atas tungku.


"Cuma rebus air, tapi nanti juga buat mengukus nasi," terang nenek.


"Hmm ... Ibu di mana, ya?"


"Ibumu sedang menimba air di sumur belakang, ngisi bak mandi."


"Hmm, ... " Netra gadis kecil menatap lekat kayu-kayu yang tengah terbakar di dalam tungku. Anehnya, ada gelembung-gelembung air yang keluar dari ujung lain kayu yang tidak terbakar. Dan hal itu menggelitik rasa ingin tahunya.


Perempuan tua berkebaya coklat menyadari ketertarikan si gadis kecil. "Nduk, tolong jaga apinya, ya! Emak mau metiki kangkung." Dia berdiri. Membelai lembut rambut hitam pendek cucunya. Berpindah ke ruang sebelah yang hanya di batasi dinding anyaman bambu, tanpa pintu.


"Iya, Mak." Tanpa basa basi, gadis kecil langsung duduk. Menempati kursi pendek berbahan kayu yang sebelumnya digunakan sang nenek.


Begitu piawai tangan kecilnya menjaga nyala api. Berbekal sebatang kayu yang dia jadikan tongkat, dia pun beraksi. Mendorong masuk kayu bakar ke dalam tungku. Mengambil dan menambahkan jika perlu. Kemampuan ini dia dapatkan karena sudah terbiasa dan sering melakukan hal tersebut.


"Oh ya, ada permen karet," gumam si kecil. Dia mengambil sebungkus dari saku celana. Menyobek, lalu menyesap dan mengunyah isinya.


Gadis kecil berdendang ria. Menyanyikan lagu-lagu yang diajarkan di sekolah. Sebagai hitungan tempo, dia memainkan kursi pendek yang diduduki. Condong ke depan. Condong ke belakang.


Tuk tak tuk tak


Karena terlena dalam senandung, gadis kecil sedikit kehilangan fokus pada tungku api. Kayu yang hampir habis seharusnya cukup didorong pelan. Tanpa tenaga.


Celakanya, gadis kecil mendorong terlalu kuat dengan posisi tubuh dan kursi yang condong ke depan.


ZRUKKK


"UWAAAAAAAAAAAAAAAA ...."


Tangan gadis kecil masuk ke dalam tungku yang berapi-api. Punggung tangannya mendarat tepat di atas bara yang menyala.


Beruntung, gadis itu jatuh terlentang. Sehingga kepala dan tubuhnya berada di samping kanan tungku berbahan batu bata tersebut. Jika saja dia jatuh dalam posisi telungkup, maka kepala dan tubuh bagian atas akan masuk ke dalam tungku api.


Mendengar jeritan sang cucu, nenek berjingkat kaget. Dia segera berdiri dan lari mendekatinya.


"Innalillahi ... Ya Alloh ... Nduk ... Nduk ...." Nenek berteriak. Memanggil-manggil anaknya, ibu si gadis kecil.


"Ada apa, Mak? Saya dengar Mbak menjerit." Perempuan muda muncul dari pintu belakang sambil terengah-engah. Jeritan panjang si putri sulung membuatnya khawatir.


Begitu melihat ibunya mengendong sang putri yang tengah menangis hebat, jantungnya berpacu cepat. Punggung tangan kanan putrinya melepuh.


"Astaghfirullohal'adzim! Mbak ... Kenapa ini?"


"Cepat ambil air, lap, dan kapur sirih!" Perintah nenek.


"Iya, Mak." Wanita muda segera berlari mencari wadah penyimpanan kapur sirih. Sementara nenek menggendong cucunya keluar dari dapur, memangkunya sambil duduk di kursi panjang.


"Ini, Mak ...." Perempuan muda meletakkan barang yang diminta ibunya di atas kursi. Mereka segera merawat luka bakar di tangan si kecil.


Gadis kecil menangis sesengukan. Kedua pipi bulatnya basah karena air mata. Hati kecilnya tidak mampu menahan panas dan perih yang serasa menjalar ke seluruh tubuh. Sebab keteledoran, dia harus menahan sisa rasa sakit itu untuk beberapa hari ke depan.


***


Kurang lebih sepekan, gadis kecil tidak bersekolah. Dia melewatkan banyak kegiatan menyenangkan bersama murid TK kecil lainnya. Para guru sempat datang menjenguk pada hari ketiga dia absen.


Kini rasa panas dan perih telah hilang. Namun, tidak dengan bekasnya. Luka bakar tercetak memanjang dari pengelangan tangan hingga pangkal jari telunjuk. Terlihat kontras dengan warna coklat di atas kulit kuning langsat gadis kecil.


Lucunya. Gadis kecil tidak membenci bekas luka itu. Dia bahkan merasa sangat tertolong dengan keberadaannya. Berkat bekas luka, gadis berambut hitam tebal itu kini mampu membedakan tangan kanan dan kiri dengan mudah.


Di saat teman seusianya masih kesulitan menentukan kanan dan kiri. Gadis kecil cukup melihat kedua punggung tangannya. Mengamati. Yang ada bekas luka adalah tangan kanan. Yang biasa adalah tangan kiri.


***


Ketika beranjak remaja. Gadis itu menemukan bahwa bekas luka yang dia miliki begitu istimewa. Dengan mengamati lekuk dan bentuknya, dia menemukan sebuah nama yang tercetak permanen sebagai bekas luka bakar di tangan kanannya. Sebuah nama terindah di seluruh jagad raya. Nama Sang Maha Pencipta.


~~~~ Selesai ~~~~


*Berdasarkan kisah nyata.

Comments

  1. Segala sesuatu yang terjadi ada hikmahnya termasuk luka. πŸ€—

    ReplyDelete
  2. Masing2 kita mempunyai coretan di langkah

    ReplyDelete
  3. Tak semua orang bisa mensyukuri apa yang dimiliki.
    Petaka membawa hikmah he he he

    ReplyDelete
  4. Selalu ada gambar tangan dan pesan dalam cerita ya.

    ReplyDelete
  5. sama kejadian anak saya ini, tapi bukan di punggung tangan tapi di lengan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 😢 smoga lekas sembuh Kak,😊 dan bs sgr move on

      Delete
  6. Kasihan gadis kecil nya kena luka bakar

    ReplyDelete
  7. Luka terindah adalah luka yang membuat kita bantak belajar, luka yang menguatkan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk