#55 MTBJDT: Bagian 6 VIP (End)

Bagian 6: VIP

Rembulan bersimbah darah malam ini. Cantik sekali. Aku duduk bersandar di atas kursi goyang yang berderit merdu di teras balkon. Kunikmati ketenangan kelam sambil menyesap jus merah yang kental dan segar.

Ping

Sebuah tanda pesan masuk membangunkan laptop yang tengah terlelap. Meski nama dan nomor pengirim tidak tercantum, aku tahu betul dari mana pesan ini berasal.

[Hapus PRETEL! Kode: 3 tangkai bunga putih. DP3M-PP5M.]

"Waow! Fastastic!" Dan seperti biasa, pesan musnah dalam 3 detik. Untuk memastikan pelobi, aku mengecek saldo rekening bank.

"Nice!" Aku tidak bisa menahan mekarnya senyuman di bibir. Segera saja aku berselancar mencari informasi tentang hal tersebut. Kesepuluh jemari beradu cepat dengan detak jam dinding. Ketukan demi ketukan seakan menjalin nada dan irama yang sempurna.

"Gotcha!"

PRETEL. Proyek Rekonstruksi dan Efisiensi Taman untuk area Ekonomi Lanjutan adalah rencana rahasia sebuah pihak swasta dan oknum pemerintah kota. Mereka ingin mengubah taman hijau menjadi area bisnis untuk keuntungan pribadi.

"Wah! Pantas VIP begitu bersemangat. Baiklah ... aku harus main bersih kali ini!"

Kurogoh ponsel di dalam kantong kursi sebelah kanan. Lekas kukirim pesan pada dua nomor.

[Jose. Josu. Ada pesanan baru. Harga Oke. Rincian menyusul.]

Klunting

[Siap, Josa]

Klunting

[Oke, 😉 ]

Aku, Jose, dan Josu siap beraksi dengan identitas baru. Jose mengacaukan jadwal Yulia sehingga dia sempat membatalkan tampil di aula Tokyo, dan hal itu membuka peluang Betty untuk dipinang Tike menjadi calon pemateri. Josu mengambil alih tugas Tanti untuk menemui wali murid di aula Tokyo. Dan aku? Aku menyamar menjadi Nio Sang pemilik katering yang kubuat sibuk di luar kota.

Dengan memanfaatkan Yulia yang notabene ingin melenyapkan N, Josu dan aku memberi sugesti secara tersirat melalui percakapan kami seputar taman, tidur, bunga, bulan, dan putih, untuk mengarahkannya pada tujuan kami. And, it worked perfectly.

Calon korban yang Yulia siapkan ada empat selain N sebagai sasaran utama, tapi aku hanya butuh tiga. Maka aku gagalkan satu di antaranya dengan bantuan sukarela dari VIP. Namun yang membuatku kesal adalah reaksi lambat pihak kepolisian. Sehingga aku harus membantu mencari ponsel yang hilang dan mencetak ulang foto yang kusimpan sebagai koleksi pribadi.

Setelah AKP Wachid mengumumkan kepada khalayak tentang selesainya kasus ini, segera kukembalikan foto Nio, Tanti, dan Betty yang asli. Ya, aku harus meretasnya untuk melindungi diri. Untuk file yang sudah tercetak sebelumnya, aku mengirim pesan spam pada cleaning service dengan memakai nomor AIPTU Brian, agar mereka segera mengambil map kuning dan membakarnya.

Perkara menghapus rekaman CCTV kantor polisi dan aula Tokyo, itu hal yang remeh temeh bagiku. Aku adalah ahlinya. Senangnya bisa menghasilkan uang banyak hanya dengan duduk manis di depan layar 15 inchi.

Dengan ditemukannya tiga jenazah di tiga taman tersebut, harga tanah pun anjlok. Rumor buruk menyebar dengan cepat bak wabah flu di musim hujan. Banyak yang mengaku melihat penampakan. Sehingga area tersebut tidak cocok untuk dibanguni sebuah area perbelanjaan. Ibarat kata, perputaran Yin dan Yang tidak stabil. Hanya akan mendatangkan kemalangan dan kebangkrutan.

PRETEL berhasil digagalkan dengan sangat mulus.

Ping

[Good Job👍. Periksa saldo Bank Schways.]

"Yes! Lumayan, bisa beli Range Rover!"

Kerlap-kerlip cahaya lampu mini; merah dan biru, semakin menyemarakkan suasana hatiku.  Kebahagiaan ini tentu akan kubagi dengan rekan tercintaku, Josu dan Jose. Mereka adalah yang terbaik.

***

Sementara itu di ruangan Tim Pemburu.

"Bagaimana ini, Pak Brian?" Lutfi memelas. Suaranya bergetar.

"Semua bukti keberadaan tiga perempuan itu lenyap," ujar Lilis.

"Bagai ditelan bumi ... Ah tidak! Seperti ditelan kegelapan atau sirna bersama cahaya." Ayu mondar-mandir di depan meja Brian.

"Ada dua pilihan," kata bapak kepala plontos. "Jujur dan berakhir menjadi penjaga garis polisi. Atau diam berlagak tidak tahu."

Hening. Suara tiga petugas itu tercekat  di tenggorokan. Mereka bergeming di posisi masing-masing.

"Kalo aku ... pilih yang kedua." Brian menatap hawa kosong. "Aku tidak rela kehilangan posisi yang sudah susah payah bisa kuraih."

Lutfi, Ayu, dan Lilis saling berpandangan. Lalu mengangguk ragu. "Kami ikut Pak Brian saja!"

"Tapi kalau ada orang lain yang ingat, bagaimana?" Lilis cemas.

"Bilang saja terlihat beda karena efek make up !" Saran Lutfi.

Keempat polisi muda itu mengganguk yakin. Mereka harus menutup mulut rapat-rapat dan melupakan kejadian memalukan ini. Agar masa depan karir mereka tetap terjamin.

Selesai 🏁

😊 Terima kasih atas dukungan Pembaca, hingga cerbung spesial ODOP mencapai akhir. 🙏


Comments

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk