Ulasan Cerpen Hisfic: Palu Arit di Rowolingi

Pengunjung Galeri Nio

Masa kini tidak akan ada tanpa masa lalu. Sejarah akan selalu mewarnai hari-hari di masa sekarang. Peristiwa masa lalu sering diabadikan untuk sekadar mengenang ataupun memang sengaja disimpan untuk menjadi panduan masa depan. 

Pada tulisan kali ini, saya akan mengulas sebuah cerpen Fiksi Sejarah karya Pak Heru Sang Amurwabhumi yang mengangkat kisah kelam di masa pascapemberontakan PKI. Sebuah cerpen yang bertajuk "Palu Arit di Rowolingi", dimuat dalam buku antologi "Klasik" buah pikiran Komunitas One Day One Post pada halaman 265.


Cerita dalam cerpen ini berkisah tentang seorang perempuan—lebih tepatnya seorang istri—yang bernama Sundari. Ia harus merasakan imbas dari nila yang dituang suaminya, Tedjo, yang menjadi anggota Pemuda Rakyat sebelum meninggal. Sundari menjadi tahanan politik di Plantungan. Mengalami bermacam penyiksaan yang tidak pantas diterima oleh seorang perempuan baik-baik.

Menurut penangkapan saya, tema yang diangkat adalah Perempuan. Kemudian mengalami pengerucutan pada nasib seorang perempuan di masa awal kemerdekaan yang tersangkut masalah pemberontakan secara tidak langsung. Nasib Sundari begitu tragis. Padahal ia tidak ada sangkut pautnya dengan segala tuduhan yang dialamatkan padanya. Namun, ia hanya bisa pasrah pada nasib. Tidak mampu menyangkal dan tidak ada lagi yang percaya padanya. Sundari sudah dicap sebagai atheis.

Tokoh Sundari hanyalah perempuan kampung biasa. Polos dan penurut. Ia hanya bisa membatin, menangisi nasib buruknya. Mungkin karena salah memilih suami, tapi takdir tidak bisa diubah seperti membalik telapak tangan. Sikap warga yang dingin, ia sukai dengan lapang dada. Perempuan itu tidak berdaya. Mendiang Tedjo mewariskan penderitaan untuk Sundari hingga akhir hayatnya.

Pak Heru memilih alur maju untuk menceritakan nasib Sundari. Kisah ini mengalir dari masa sulit Sundari di Plantungan, lalu bebas karena amnesti. Selama puluhan tahun ia menanggung derita karena ideologi melenceng sang suami. Bahkan ketika perempuan itu telah menghembuskan napas terakhir, tak seorangpun mau mengantar kepergiannya.

Konflik muncul sejak awal, yaitu Sundari yang dipenjarakan. Plot yang dipakai juga pas, saya bisa memahami betul apa dan bagaimana kisah Palu Arit di Rowolingi ini. Suasana tahanan yang tidak manusiawi, sikap sinis penduduk, serta latar tempat dijelaskan dengan tajam. Khas sekali bagi seorang penulis yang terpilih di UWRF 2019. Fiksi Sejarah adalah “makanan” pokok penulis sekaligus pendiri komunitas Kopling ini.

Bahasa dan istilah yang dipilih untuk menggambarkan situasi dan kondisi latar cerita sudah sangat tepat. Menurut saya pribadi, cerpen ini adalah hasil suntingan berulang, hingga cerpen jadi yang disajikan benar-benar matang dan enak dibaca. Istilah-istilah dalam Bahasa Jawa ditambahkan untuk memperkuat rasa konflik yang terjadi di tanah Jawa.

Saya merasakan adanya pesan dan kritik tajam dalam cerpen ini; ketidakberdayaan rakyat jelata. Maksudnya adalah ketidakmampuan rakyat biasa yang dihujani tuduhan ataupun vonis yang belum tentu kebenarannya. Bagaimana “kebuasan” oknum yang memiliki kekuatan dan kekuasaan, serta kejamnya penghakiman masyarakat yang buta.

Sebagai seorang penggemar Sejarah sekaligus penulis Fiksi Sejarah, serta berbagai koleksi arsip-arsip serat kuno yang memenuhi rak buku,  Pak Heru bisa dikatakan “ahli” dalam genre ini. Beliau memiliki sumber referensi serta imajinasi yang memadai dalam mengeksekusi sebuah cerpen fiksi sejarah. Saya harus banyak belajar dari semangat beliau untuk melestarikan dan mengangkat sejarah lokal Indonesia yang tidak kalah “wah” dari negara lain di luar sana.

Berbanggalah jadi bangsa Indonesia. Kita punya kearifan lokal yang berlimpah yang bisa menjadi sumber inspirasi menulis. Bahkan lebih banyak dari negara lain di dunia.

Sekian ulasan cerpen fiksi sejarah yang merupakan tugas Kelas Fiksi ODOP. Sukses selalu untuk para Pengunjung Galeri Nio.

Terima kasih. 😊

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

#24 Penduduk Nganjuk dan Kesenian Daerahnya

#23 Bentang Alam dan Pembagian Wilayah Kabupaten Nganjuk

#25 Tujuh Belas Tempat Wisata Populer Nganjuk